Dalam
kehidupan kuliah saya, presentasi sering kali dianggap sebagai hal remeh oleh mahasiswa.
Terutama ketika ditugaskan oleh dosen. Mahasiswa kebanyakan membuat presentasi
dengan asal-asalan, tidak didesain dengan baik dan disampaikan juga dengan
asal-asalan. Tanpa bermain peran, tanpa bermain emosi, dan tanpa latihan,
sehingga akhirnya presentasi tersebut tidak diperhatikan.
Lalu
esensi dan tujuan presentasi tersebut untuk apa? Nilai? IPK? Begitu rendahnya presentasi
jika esensinya hanya dianggap sebatas itu saja. Padahal, presentasi sejatinya
adalah sebuah karya seni. Seni di mana kita menumpahkan dan mengenalkan ide
kepada sejumlah orang, untuk mengubah pandangan mereka terhadap dunia.
Karya seni?
Mengapa
saya menganggap presentasi adalah sebuah karya seni? Sebab memang sebegitu
menakjubkannya efek presentasi. Ketika kita mempresentasikan sebuah ide dengan
baik, sebetulnya kita sedang menyamakan frekuensi, koneksi, dan integrasi dari milyaran
neuron di otak kita dengan sejumlah orang yang mendengarkan presentasi kita. Sehingga
dalam hitungan detik itu kita merasakan hal yang sama, pengetahuan yang sama, dan
bahkan, emosi yang sama dengan sang presentan.
Ya,
kita hidup berdasarkan kumpulan ide. Pandangan akan hal yang baik dan buruk. Bagus
dan jelek. Benar dan salah. Semuanya adalah manifestasi dari kumpulan ide yang
kita terima dari kecil sampai sekarang.
Baik dan buruk itu relatif.
Coba
lihat gambar di atas. Menurut anda, apakah mereka orang yang baik? Atau jahat?
Mungkin
sebagian dari kalian akan menganggap jahat sopir taksi, buruh, atau mahasiswa yang demo
memacetkan jalan raya, menganggap jahat orang Myanmar yang mengusir kaum
muslim di Rohingya, dan menganggap bahwa Ahmadiyah adalah kaum sesat yang pantas diusir
dari Indonesia. Mungkin sebagian dari kalian menganggap bahwa sebetulnya buruh
dan mahasiswa yang demo itu menyuarakan hak-hak kalian, bahwa sebetulnya Ahmadiyah
tidak perlu dikriminalisasi, dan komunis bukanlah bahaya laten di Indonesia.
Itu
sih terserah kalian. Tapi yang jelas, di sini yang menjadikan sesuatu dipandang
baik atau buruk adalah ide dari pikiran masing-masing individunya. Bayangkan bagaimana
jadinya jika anda menyampaikan sebuah ide dengan baik, sampai terinternalisasi
ke dalam diri seseorang?
Hasilnya,
anda akan mengubah pandangan hidupnya, paradigmanya tentang dunia, dan bahkan,
mengubah tingkah laku mereka. Sebab pikiran menghasilkan ide, ide akan
menjadi paradigma, paradigma akan menjadi sebuah idealisme, dan idealisme
menentukan tingkah laku seseorang.
Runtutan Presentasi (Anderson, 2016)
Dalam
seni, meskipun kita bebas berekspresi, realitanya secara teknis harus tetap terstruktur.
1. Fokus pada satu ide besar.
Ide
adalah hal yang kompleks. Potonglah hal yang tidak penting dan distraktif.
Jadikan semua yang kalian katakan dalam presentasi kembali kepada visi dan
tujuan dari presentasi kalian, yaitu menyampaikan ide besar tersebut.
2. Presentasi kalian harus didengar
Untuk
apa presentasi jika kalian tidak didengar oleh audiens? Caranya, presentasi
kalian harus punya alasan untuk didengar. Lemparkan pertanyaan
provokatif, tunjukkanlah masalah yang tidak dinotice oleh audiens dalam kehidupan
sehari-harinya, dan beri argumen kenapa
mereka harus peduli dengan masalah yang kalian tunjukkan.
3. Beri contoh yang familiar
Jangan
gunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh audiens. Beri analogi dan contoh yang
universal dan mudah dimengerti. Buat audiens menganga dan merasakan “oooh moment"
dari ide baru yang kalian sampaikan.
4. “Make your idea worth sharing”
Pikirkan
lagi tujuan kalian menyampaikan ide yang kalian presentasikan. Apakah tujuannya
hanya untuk nilai tinggi pribadi semata? Jika iya, maka jangan kaget jika anda
tidak diperhatikan saat presentasi dan audiens malah sibuk sendiri dengan
gadget atau mengobrol dengan temannya.
Ide
kalian harus worth untuk dishare ke
orang lain. Kalian harus percaya bahwa ide kalian benar-benar berguna untuk
banyak orang. Ide bisa jadi berguna baik untuk membuat tertawa orang yang
mendengarnya, untuk mengubah paradigma menjadi lebih baik, atau untuk mengubah pemikiran
orang-orang yang mendengar ide kalian menjadi lebih positif.
Jika
ide anda worth untuk dishare, maka
bersyukurlah ketika anda diberi atensi saat presentasi, diberi banyak
pertanyaan, dan diberi tepuk tangan yang meriah ketika selesai presentasi.
Presentasi
adalah seni.
Jangan
digunakan asal-asalan.
Tulisan ini terinspirasi oleh:
Anderson, C. (2016). TED’s Secret
to Great Public Speaking. https://www.ted.com/talks/chris_anderson_teds_secret_to_great_public_speaking?language=en/