Overall, buku ini ngebahas apa?

Nah, premis utama si Mark Manson dalam buku ini adalah dia pengen bilang bahwa sebenernya dunia ini tuh fucked up. Dan gak ada yang bisa kita lakuin untuk menyelesaikan masalah dunia yang kagak jelas ini. Bahkan ‘hope’ (baca: harapan) sekalipun, sesuatu yang merupakan kekuatan manusia, itu gak bisa jadi penyelamat manusia di dunia yang fucked up ini. Hope justru merupakan akar dari semua masalah yang ada di dunia ini. Jadi kalo disimpulin: Udah dunia ini fucked up, harapan dan ekspektasi kita malah justru bikin dunia ini makin fucked up. Intinya gitu sih, seperti judul bukunya: “Everything is Fucked”.

Nah, kalo lo belom tahu Mark Manson, dia itu di tahun 2016 terkenal dengan buku international best seller yang sebelumnya udah pernah dia tulis, yaitu The Subtle Art of Not Giving A Fuck, atau Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Mark Manson juga terkenal dengan tulisan-tulisannya yang stylenya itu bener-bener ngasih perspektif yang jujur dan no bullshit terhadap berbagai isu. Lo bisa cek tulisan-tulisannya di websitenya.

Review dari gua gimana?

Buat lo yang udah sering ngebaca tulisan Mark Manson, mungkin lo akan sadar bahwa style tulisannya di buku ini gak beda jauh sama kebanyakan tulisannya. Tapi tentu ada yang beda, yaitu masalah penulisan sumber dan sitasi. Ketika gua ngebaca buku ini dan ngebandingin sama tulisan-tulisan dia sebelumnya, buku ini tuh ilmiah banget. Dan jauh banget dari opini doang. Kalaupun ada pandangan subjektif, dia bakal ngasih sitasi atau sumber yang kredibel di buku ini.

Experience gua ketika baca buku ini tuh kayak ngebaca tulisannya Malcolm Gladwell. Penuh dengan sumber-sumber riset psikologi dan sosiologi. Buku ini juga ngambil perspektif makro, berbeda dengan buku atau tulisan Mark Manson kebanyakan yang ngambil perspektif mikro terhadap berbagai isu. Di buku ini, dia coba ngomongin tentang masyarakat dan dunia yang fucked up.

Ketika ngebaca buku ini, gua ngerasa lagi baca berbagai buku self-development dan filsuf. Ya, kalo diperhatiin, sebenernya ide dari Mark Manson tuh kelihatan banget gak original. Gak original karena dia banyak banget ngutip filsuf-filsuf dan penulis-penulis buku science atau self-development sebelumnya. Tapi dari sinilah kerennya Mark Manson. Dia tuh bisa nulis ide yang gak original dengan keren, tapi bisa dia olah pandangan-pandangan pemikiran-pemikiran sebelumnya jadi satu ide utuh, dengan contoh yang relevan dengan kita para pembacanya.

Dalam buku ini, Mark Manson lebih berperan sebagai science communicator gitu terhadap ide-ide sebelumnya. Mark Manson tuh kayak lagi ngumpulin balok-balok ide dan ngebikin ide itu jadi sebuah gedung ide yang pada akhirnya bisa kita terima sebagai orang yang awam terhadap ide tersebut. Dan ngasih persepektif baru juga meskiun kita udah pernah denger ide yang pernah kita baca dan kita baca lagi di buku ini.

Minus dari buku ini mungkin sama dengan kelebihannya. Mark Manson tuh cuman berperan sebagai science communicator saja. Dia bukan pencipta teori, bukan juga pencetus ide. Buku ini hanyalah “remix” dari ide-ide umum yang kemungkinan besar udah pernah lo baca, apalagi kalo lo adalah pembaca heavy buku non-fiksi. Tapi ya minus ini juga jadi kelebihannya dia, jadinya kita bisa dapet insight baru gitu dari ide yang udah ada, tentunya dengan contoh yang jauh lebih relevan dengan pembaca.

Dari sini, enaknya tuh kita juga bisa dengan mudah menebak bahan bacaan yang dia baca. Mulai dari Nietzsche, filosofi stoic, dan berbagai buku self-development serta riset-riset yang ia kutip. Dengan ngelihat daftar pustakanya, lo akan tahu buku bacaan Mark Manson. Yang ketika lo baca, lo bakal tahu pemikirannya Mark Masnon itu dipengaruhi oleh siapa aja. Nah, inilah kerennya experience baca buku (secara umum), yaitu kita bisa menelusuri kepala si penulisnya lewat daftar pustaka yang dia tulis.

Di buku ini, yang paling penting menurut gua adalah kita bisa merefleksikan gimana society kita bekerja. Dan gimana juga kita bisa membuat teori-teori yang ada di buku ini relevan dengan pengalaman hidup kita sehari-hari dan juga untuk hidup kita ke depannya. Oh ya, buku ini juga ngomongin pop-science kayka AI gitu. Ini nilai plusnya sih, gua kayak mindblown gitu. Waw, sampai sini juga ya bahasannya. Bukan ngomongin soal filsafat doang, tapi juga science dan masa depan hehe.

Nilai total: 8.5 / 10
Buku ini membahas tentang kondisi dunia ini secara makro, dan dikaitkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Buku ini cocok buat dibaca oleh siapapun, karena ringan banget buat dibaca. Gak ada part yang membuat gua bingung. Buku ini juga penuh dengan sumber buku, pemikiran, dan riset yang beragam. Inilah yang membuat buku ini keren dan recommended untuk dibaca oleh kalian semua. Gua yakin pasti kalian dapet beberapa insight baru setelah baca buku ini, yang kayak bikin “oh iya juga ya!”. Minusnya sih idenya. Lo akan melihat bahwa ide yang dia bawa tuh gak orisinil, tapi dia ambil dari pemikir-pemikir sebelumnya yang udah pernah dia baca. Hehe. ya, gitu sih intinya review buku ini. Tetap recommended

Boleh follow Instagram @satubukubyevan ya buat update lebih lanjutnya!