Melihat perjalanan hidup
17 tahun ke belakang merupakan hal yang asik. Apalagi jika melihat bahwa curhatan,
esai, dan dokumentasi lain yang berbentuk tulisan anda masih anda simpan dengan
baik. Sebab anda akan dapat melihat perkembangan skill anda dengan sangat jelas.
Contohnya saya, ketika SD, tulisan saya hanya sebatas menuliskan kembali cheat code game GTA San Andreas, ketika
SMP, tulisan saya didominasi oleh curhatan, saat SMA, mulailah sedikit demi
sedikit saya menulis tentang kritikan-kritikan saya terhadap dunia, saat
kuliah? Anda dapat melihat saya rutin menulis dengan satu tema yang sama: “Self
Development”
Saya tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi
anak cucu saya ketika nanti mereka melihat bahwa saya adalah penulis. Mungkin
senang, sedih, atau jijik? Namun yang jelas, mereka berinteraksi dengan tulisan
saya. Sehingga mereka punya koneksi dengan
saya, dan jelaslah menurut saya itu
adalah sebuah hal yang penting, daripada tidak bereaksi sama sekali.
Saya yakin anda semua
punya seorang kakek atau nenek, jika tidak, mana mungkin anda akan berada di
sini sekarang? Namun, saya ingin menanyakan sesuatu pada anda. Seberapa jauh anda mengenal kakek / nenek
anda?
Well, beruntung jika kakek / nenek anda masih hidup dan sudah
menceritakan banyak kisahnya semasa kecil kepada anda. Namun jika mereka sudah tidak
ada ketika anda masih belum lahir atau balita? Sekali lagi, seberapa jauh anda
mengenal kakek / nenek anda?
Sedihnya hidup saya, saya
lebih mengenal Aristotle daripada nenek saya, saya lebih mengenal tentang Dilan
daripada kakek saya, saya lebih mengenal Hitler dan Julius Caesar daripada
kakek dan nenek saya sendiri, meskipun mereka hidup puluhan, ratusan, bahkan
ribuan tahun yang lalu. Mengapa? Sebab
mereka menulis, mereka meninggalkan sesuatu untuk dikaji, untuk dipelajari,
untuk dinikmati, tidak peduli sejahat / sebaik apapun kehidupan mereka,
setidaknya, mereka dikenang dan diketahui, tidak seperti kakek / nenek
saya. Jika kakek / nenek saya
menulis dan menyimpan tulisannya, mungkin saya akan setidaknya mengenal mereka,
namun nyatanya tidak.
Maka, dari sedikit alasan
yang telah saya jabarkan di atas, tidak ada salahnya kok untuk menulis sedikit curhatan di blog anda, apalagi jika curhatan anda mampu menginspirasi orang. Jangan beralasan bahwa tulisan anda tidak
bagus. Menulis itu keahlian, bisa dipelajari. Toh setidaknya meskipun
tulisan anda tidak terlalu bagus, anda akan dikenali oleh anak cucu anda ketika
mereka mencari nama anda di google. Atau
mungkin nama anda akan dicari oleh perekrut pekerja anda saat anda melamar
pekerjaan. Siapa yang tahu?
Akhir kata, saya ingin
mengutip kata-kata mainstream dari seorang
penulis yang tulisannya disukai oleh banyak orang:
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
– Pramoedya Ananta Toer
Saya mau hidup 1000 tahun lagi.
Pertanyaannya sekarang adalah untuk anda yang belum menulis,
Apakah anda mau dilupakan oleh cucunya seperti kakek saya?